Minggu, 30 November 2014

6 Motor Termahal Di Dunia

Memiliki kendaraan bermotor saja mungkin sudah sangat beruntung bagi sebagian orang, namun yang namanya sifat manusia adalah tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Bila motor lama usang, selalu mencari motor baru yang lebih bagus dan mahal. Apalagi bagi orang-orang yang punya hobi mengoleksi motor-motor keluaran terbaru, tentu hal ini menjadi kesenangan tersendiri. Berikut ini 6 motor termahal di dunia.

Dodge Tomahawk v10 superbike
Motor seharga US$555 ribu atau sekitar Rp. 5 miliyar ini hanya di produksi 10 unit saja dan di tawarkan natal 2003 lalu. Motor ini dapat melesat dengan kecepatan 640 km per jam sedang kan akselerasi 0-100km per jamnya bisa di tempuh dengan 2,5 detik. 
 


Ecosse titanium series RR limited Edition
Motor ini seharga US$275 ribu atau sekitar Rp. 2,5 miliyar. Memiliki chassins titanium dengan kerangka di lapisi karbon seratfitur mesin menggunakan bahan bakarinjeksi , intercooler super charget 2.150 cc dan mampu mengahasilkan tenaga 200 hp.



Motor konsep Macchia Nerra
Motor ini harganya US$ 201 ribu atau sekitar Rp.1.8 miliar. Motor ini menggunakan mesin ducati 998RS.



Icon Sennee
Motor yang satu ini seharga US$ 160 ribu atau sekitar Rp.1.44 miliar. Icon Sennee ini menggunakan mesin turbocsarged 1400cc motor ini bisa menghasiLkan tenaga 250 hp.



MTT-TURBINE SUPERBIKE
MTT-TURBINE SUPERBIKE motor ini bandrol US$ 150 ribu atau sekitar Rp.13,5 miliyar.



MV-agusta F4CC
Sepeda motor ini harganya US$ 120 ribu atau sekitar Rp.1.08 miliar ini bisa melesat 315 per km per jam.



Sumber: anton 


Minggu, 30 November 2014 by Unknown · 0

Jumat, 27 Juni 2014

MEMBELI KURSI PRESIDEN - Harga tidak pernah bohong?

Harga tidak pernah bohong, demikian kalimat salah satu iklan sepatu kelas atas yang pernah saya lihat beberapa waktu lalu. Mungkin ini menggambarkan mutu dari benda tersebut. Harga yang mahal berarti produknya sangat berkualitas. Proses awal pembuatan produk hingga sampai ke tangan kita membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka harga yang kita bayarkan juga relatif besar.


Bila kita bicara demokrasi, apakah rumusan itu juga berlaku? Demokrasi memang mahal. Semua orang tahu, kegiatan demokrasi, disemua tingkatannya, membutuhkan biaya. Pada genre tertentu demokrasi itu menjadi sangat mahal. Untuk melaksanakan kegiatan pemilihan presiden misalnya, biaya yang dihabiskan bisa sangat besar. Berapa pastinya biaya yang harus dikeluarkan seorang kandidat presiden? Mungkin tidak ada yang tahu secara tepat, selain sang calon itu sendiri.

Toto Izul Fatah, peneliti senior Lingkaran Survey Indonesia memperkirakan secara kasar, seorang calon presiden harus menyediakan dana diatas 1 triliun rupiah untuk bersaing dalam pesta demokrasi lima tahunan itu. Lebih lanjut katanya, “Kalau dengan bekal 1 triliun rupiah untuk capres rasanya keteter juga, sebab dia misalnya harus membayar partai, bayar saksi, tim sukses dan mungkin juga alokasi untuk tim profesional seperti konsultan”.

“Untuk waktu sejak tahapan resmi KPU dimulai, seorang calon bisa menghabiskan dana mencapai 500 miliar rupiah,” kata Indra J Piliang, Ketua Balitbang Partai Golkar. Kegiatan selanjutnya bisa mencapai triliunan, seperti membiayai perjalanan sosialisasi, relawan, logistik partai, pertemuan dengan ormas, saksi, survey dan iklan.

Untuk sekali survey saja lembaga konsultan politik biasanya mematok biaya mencapai 300 juta rupiah. Dalam setahun biasanya calon presiden melakukan tiga kali survey.

Biaya sosialisasi terbesar terserap untuk iklan, baik media cetak maupun media eketronik. Pada tahap pertama yakni untuk pengenalan calon bisa mencapai 200-500 miliar rupiah. Nilai tersebut belum mencakup keperluan untuk membuat seorang calon disukai calon pemilih. Untuk meningkatkan elektabilitas di tahap ini, juga harus dibuat berbagai kemasan program atau pencitraan seorang calon. Di luar itu, masih ada tahap membangun kesan bahwa seorang calon mempunya kapasitas dan kualitas, yang juga menelan biaya. Tahap berikutnya adalah upaya upgrading dan downgrading, yakni mengangkat citra calon dengan cara menjatuhkan kompetitor yang lebih sering diterjemahkan kampanye hitam atau kampanye negatif.

Sebelumnya, seorang pengamat ekonomi politik seperti dikutip situs Forbes pada tanggal 20 November tahun lalu memprediksi, bahwa setiap calon presiden di Indonesia minimal harus menyiapkan dana 600 juta US dollar atau sekitar 7 triliun rupiah. Asumsinya, seorang calon presiden minimal harus memperoleh 70 juta suara untuk terpilih. Jika biaya yang diperlukan untuk meraih satu suara 100.000 rupiah, maka total yang harus dikeluarkan pasangan calon kurang lebih 7 triliun rupiah. Demikianlah adanya biaya yang harus dikucurkan seorang calon presiden dalam pemilihan presiden, sebagai salah satu subordinasi dari demokrasi.

Bila kita mengulang ke belakang, demokrasi yang asal katanya adalah “demokratia” yang berarti kekuasaan rakyat. Kata ini merupakan anonim dari kata “aristocratie”, yang berarti kekuasaan elit. Secara teoritis kedua kata ini saling bertentangan, namun pada kenyataannya sangat sulit dibedakan. Karena persepsi yang terbentuk di masyarakat, kaum elit adalah kaum yang punya uang.

Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Mungkin bila Lincoln masih hidup pada hari ini, ia akan mengkoreksi kata “oleh rakyat” menjadi “oleh elit”. Rakyat adalah pasarnya dan sang calon pedagangnya. Harga tidak pernah bohong. Bila itu berarti kualitas, apakah slogan itu juga berlaku untuk seorang calon presiden?

Demokrasi memang mahal. Kini kita bisa mengerti kenapa dulu saat berkunjung ke daerah pelosok, Suharto tersenyum ketika menanyakan cita-cita seorang anak dan sang anak menjawab,”...ingin jadi presiden”.

(Erwin Selian - 2014)

Jumat, 27 Juni 2014 by Unknown · 0

Kamis, 26 Juni 2014

ARMEN DESKY - Wujud Kekuasaan Yang Merisaukan

Kekuasaan sepanjang rentang sejarah peradaban manusia sering muncul dengan rupa yang berbeda-beda. Ketika Nero membumihanguskan kota Roma, kekuasaan tampil dengan wajah terbengisnya. Tetapi bisa juga begitu manis, ketika Sang Nabi mengampuni musuh-musuhnya setelah melintasi gerbang kota Mekkah dengan susah payah. Bila rasa sepi berbentuk, ini adalah wujud dari kekuasaan yang paling merisaukan, karena pada tingkat tertentu kekuasaan hanyalah sejenis kesepian. Tapi tak banyak yang menyadari hal itu.

Goenawan Muhammad pernah bertutur, Hitler akan berusia 100 tahun, seandainya ia hidup terus. Tapi ia tak hidup terus. Ia menembakkan pistol ke dalam mulutnya sendiri, di hari Senin sore bulan April 1945 yang dingin. Ia mati ketika kota Berlin dihujani peluru dan pasukan Rusia sudah di ambang pintu. Ya, kekuasaan punya batas waktu dan sejarah sudah memutuskan seperti itu. Kekuasaan akan mengibaratkan wujudnya sendiri, bila tidak ditegaskan dengan jelas pada langkah pertama sang pemimpin ketika memasuki pintu kekuasaan. Tak perduli seberapa besar kebaikan tersimpan di hati sang pemimpin. Tapi tak banyak yang menyadari hal itu. Diantara yang sedikit itu adalah Armen Desky atau biasa disapa Bung Armen, entah pada saat berkuasa atau pada saat ditinggalkan kekuasaan.

Di titik tak terhapal pada peta dunia - Aceh Tenggara - sebuah kabupaten yang belum tervisualisasikan dengan terperinci bila kita memantau lewat google map, disanalah Bung Armen pernah berkuasa, tahun-tahun menjelang akhir pergolakan panjang sengketa berdarah Aceh.

Bung. Kenapa beliau disapa bung. Setahu saya kata itu sangatlah tidak familier untuk wilayah Aceh. Dari mana asal usul panggilan itu hingga melekat pada diri beliau, juga sangat sulit ditelusuri. Hanya saja panggilan itu dahulu selalu bisa memberi motivasi bagi para pejuang diawal-awal republik ini berdiri. Atau hal itu akan mencitrakan semangat nasionalis disaat ideologis dipertentangkan di Aceh, agar terlihat jelas dimana beliau berpijak. Atau beliau memang senang dipanggil demikian sehingga kita mengamini keinginan tersebut. Atau juga tidak ada maksud apa-apa. Entahlah.

Dahulu saya pernah bertanya apa pandangan beliau tentang pendapatan asli daerah, saat menjelang akan berkuasa. Saya akan mengembalikan pendapatan asli daerah ke titik nol. Ke titik nyatanya. So? Agar pembiayaan rencana pembangunan ke depan bisa disusun atas dasar sumber pendapatan yang paling mendekati realitas. Good!

Setelah beliau berkuasa, saya tidak pernah lagi bertanya tentang itu, juga tentang yang lain. Parlemen juga tidak banyak bertanya. Beliau juga punya bawahan, tapi seperti umumnya bawahan, terlalu gentar untuk mengetahui ke tidak efektifan kerja mereka sendiri, apalagi berpendapat yang berbeda. Tidak siapapun yang bertanya tentang banyak hal yang rumit-rumit. Orang-orang kepercayaan mengambil inisiatif sendiri, jadi penyaring suara - bisa didengar atau tidak bisa didengar - sang pemimpin, yang mungkin juga untuk kepentingan sendiri. Pintu untuk keluar masuk terbatas. Tidak ada pendapat yang berbeda. Tidak ada kritikan apalagi cacian.

Kekuasaan terus berjalan tanpa pernah menyentuh titik nol. Kendali tidak lagi berfungsi. Para pemegang kas mulai korupsi, kaum pedagang mulai kehilangan pembeli, kedermawanan yang sifatnya tidak pribadi tidak lagi pakai bukti. Tapi sejauh apa semua ini akan menjadi sangat berbahaya bila waktunya tiba, beliau sendiri mungkin tidak tahu.

Kita kemudian mengerti bahwa legitimasi kekuasaan yang bersandar pada moralitas yang tidak terungkapkan adalah sebuah legitimasi yang tidak sempurna. Perlu ketegasan untuk menjabarkan hal itu dalam perilaku. Bila tidak, sang pemimpin hanyalah setetes gula yang jatuh ketengah lautan, akan menjadi asin. Seiring waktu maka kekuasaan yang akan menentukan wujudnya bagi sang pemimpin, memberi karma yang tidak bisa ditolak, sebesar apapun kebaikan yang terkandung di hati sang pemimpin. Untuk itu seorang pemimpin perlu di beri tahu apa yang terjadi, di dengarkan hal yang berbeda, dikritik , dikoreksi dan berkata benar padanya, agar tak merasa sendiri.

Terlepas dari tindakan yang baik dan buruk, Armen Desky juga hanyalah seorang manusia biasa, pada akhirnya merasakan wujud yang paling merisaukan dari kekuasaan, merasa kesepian. Selebihnya hanyalah kebisuan…

(Erwin Selian - Penggalan Persepsi)

Kamis, 26 Juni 2014 by Unknown · 8

Demokrasi di Serambi Mekah

Demokrasi berawal dengan seorang buruk muka yang dipukul punggungnya. Namanya Thersites, tokoh yang tak banyak dikenal dalam puisi Iliad karya Homeros dari sekitar abad ke-9 Sebelum Masehi. Dalam kisah para raja dan pangeran yang membawa ribuan prajurit untuk berperang mengalahkan Kota Troya ini Thersites dilukiskan sebagai ”lelaki paling jelek” dalam pasukan. Kakinya lemah sebelah, pundaknya melengkung, rambutnya tinggal beberapa helai di ubun-ubun. Tapi yang menyebabkan ia dicatat dalam Iliad adalah ”lidahnya yang tak terkendali”. Ia mengecam mereka yang berkuasa.

Pada suatu saat, setelah bertahun-tahun perang tak selesai, Thersites mendamprat Raja Agamemnon. ”Agamemnon,” teriaknya dengan suara melengking, ”sekarang apa yang membuat diri tuan tak terpuaskan, apa lagi yang tuan inginkan? Tenda tuan penuh dengan logam berharga dan perempuan jelita, sebab tiap kali kami taklukkan kota kami persembahkan jarahan itu kepada tuan.” Thersites tampaknya adalah suara yang lelah perang, yang merasa bahwa orang bawahan macam dia hanya menanggungkan rasa sakit. Maka serunya pula kepada sang raja: ”Tuan tak berbuat baik, dengan membiarkan bangsa Achaea yang tuan perintah jadi sengsara.”

Ketika Agamemnon tak menyahut, Thersites pun berseru kepada sejawatnya: ”Marilah kita berlayar pulang, dan tinggalkan orang ini di Troya”. Mendengar itu, salah seorang sekutu Agamemnon, Odysseus, mendatanginya. Raja Ithaca ini marah. ”Jaga mulutmu, Thersites! Jangan kau ngoceh lebih jauh. Jangan kau cerca para pangeran bila tak ada yang mendukungmu…” Dan Odysseus pun memukulkan tongkat keemasannya ke punggung Thersites. Laki-laki itu tersungkur, bengkak dan berdarah. Tapi orang-orang tak menolong Thersites; mereka malah menertawakannya ketika si mulut tajam itu menangis kesakitan…

Jalannya sejarah demokrasi mendapatkan perumpamannya dalam kisah orang yang dipukul dan ditertawakan itu. ”Demokrasi,” kata Rancière dalam 10 tesisnya tentang politik, ”adalah istilah yang diciptakan oleh musuh-musuhnya.” Kata demos bermula sebagai ejekan bagi yang tak ”punya kualifikasi” memerintah. Menurut Rancière, dari tujuh axiomata atau syarat-syarat memerintah yang disusun Plato ada empat yang bersifat alamiah, semuanya berdasarkan kelahiran. Maka yang tua punya dasar untuk berkuasa atas yang muda, majikan atas hamba, bangsawan atas petani. Plato juga menyebut syarat kelima: kekuasaan yang kuat atas yang lemah, dan syarat keenam: kekuasaan mereka yang punya pengetahuan atas mereka yang tidak.

Pada mulanya, kata demos memang mengacu ke ”mereka yang tak berpunya”. Rakyat, atau demos, dengan demikian bukanlah himpunan tertentu satu kelompok penduduk. Rakyat adalah pelengkap penyerta justru dalam arti mereka tak bisa serta. Rakyat adalah siapa saja yang jadi bagian yang tak masuk bagian, himpunan yang tak masuk hitungan, le compte des incomptés. Ada yang paradoksal di sini: di satu pihak, rakyat melengkapi bangunan kekuasaan; di lain pihak, rakyat ada di luarnya. Dalam paradoks itulah sebagai pelengkap, mereka yang tak masuk hitungan itu dibutuhkan. Tapi ketegangan terjadi ketika pada saat yang sama mereka ditampik dan pemisahan ditegakkan, ketika kekuasaan yang ada menentukan mana yang bisa didengar (atau dilihat) dan mana yang tidak.


Maka kini kita lebih dekat ke Thersites ketimbang ke Odysseus. Tapi ini juga karena kita (bersama Thersites) tak tahu apa sebenarnya yang hendak dicari orang macam Agamemnon. Kita hanya tahu, Perang Troya yang bertahun-tahun itu bermula karena istri sang raja melarikan diri ke pelukan orang lain. Pada mulanya adalah ego-yang akhirnya menentukan segalanya. Hanya dengan kebrutalan yang luar biasa proses itu bertahan. Dalam arti itu, kisah Homeros bukanlah sebuah epos, tapi sebuah tragedi, sebuah kisah kekuasaan yang gila dan ganjil, di mana seorang Thersites tak bisa serta, tak mau serta.

Di bumi Aceh ini, kita tak harus memukul punggung seorang Thersites, atau seorang Rabusin, atau seorang Daud bila tak mau serta dalam arus kekuasaan yang tak logika, tak sejalan, tak sepaham. Sebab demokrasi adalah keniscayaan, pengejawantahan bhineka tunggal ika, sekecil apapun, selemah apapun. Semoga.


(Erwin Selian, 2014)


 

by Unknown · 0

Selasa, 24 Juni 2014

PRABOWO, THE CANDIDATE – Siapa yang membual?

Apa yang kita harapkan dari seorang calon presiden untuk negeri yang selalu mendung ini? Mungkin jawaban Ruhut Sitompul akan berbeda dengan jawaban anda. Atau mungkin keinginan para buruh tidak serumit keinginan kalangan konglomerat. Tapi yang jelas seorang presiden dipilih karena membawa harapan yang lebih baik.

Saat ini tahapan pemilihan presiden dengan dua pasangan calon, Prabowo-Hatta di satu sudut, Jokowi-Jk di sudut yang lain, sedang bergulir di Indonesia. Kedua kubu telah menabuh genderang perang. Amunisi telah ditembakkan. Pertempuran terjadi di semua medan, baik dunia nyata maupun dunia maya. Hiruk pikuk ini akan mencapai titik resistansinya pada bulan Juni 2014. Para calon presiden ibarat buku pintar, tempat terjawabnya segala permasalahan negeri ini, walau untuk saat ini masih pada tataran retorika. Sejauh mana hal itu akan terwujud dalam tataran implementasi, berlaku teori kemungkinan disana. Dari tiga putaran debat kandidat presiden yang berlangsung, banyak para pakar menganalisa proses itu. Identifikasi pun terbentuk. Paparan Jokowi cenderung teknikal yang berorientasi mikro. Ini pilihan yang tidak biasa. Sementara Prabowo lebih mengikuti pakem kampanye, berpikir konseptual yang mengarah kepada makro. Mungkin konseptual dampaknya lebih aman, karena tidak dengan serta merta dapat disanggah, karena variabel pengujinya tergantung persepsi dan bersifat makro. 


Untuk kali ini mari kita bicara konseptual. Apa itu konsep? Mana yang lebih ideal untuk seorang calon presiden dalam berkampanye, bicara konsep atau bicara teknik? Menurut asal katanya, istilah konsep berasal dari bahasa latin, conceptum, yang artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam “The cassical theory of concepts” menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Dalam arti yang lebih luas, para ahli berpendapat, konsep merupakan representasi intelektual yang bersifat abstrak dari ide, gagasan dan situasi yang ada. Jadi dapat diartikan merupakan sinopsis makro dari cara mengatasi masalah yang ada secara umum.

Kita tentunya bakal setuju jika ada orang dengan sikap patriotis mau berpikir keras untuk menyelamatkan negeri tercinta ini dari jebakan lingkaran setan kemiskinan yang tak berujung pangkal. Atau serangan wabah gaya hidup bangsa yang sofistikasi dan budaya hedonis yang carut marut. Tapi kita juga tidak mau jawabanya hanya ada pada epitome konsepsional yang terbingkai di dinding ruang kerja presiden.

Dalam acara sarasehan kebangsaan bertema “Bung Karno dan pemikiran sosio demokrasi” di Jakarta beberapa waktu lalu, Prabowo menilai, Indonesia mengarah ke negara gagal, karena berbagai visi dan gagasan Bung Karno hanya dijadikan jargon serta simbolisme semata. Neo kolonialisme yang pernah diramalkan Bung Karno terjadi pada saat ini dan Indonesia masih terjajah. Kekayaan bangsa ini bocor ke luar negeri mencapai 25 miliar US dollar setiap tahunnya. Jika benar hal demikian terjadi, dari perspektif ekonomi, apa yang disampaikan Bung Karno di Bandung pada tahun 1930 silam ternyata relevan untuk kondisi saat ini. Jika benar sebegitu angkanya, itu merupakan jumlah yaang fantastis sekaligus sadis.

Menilik paparan tersebut, konseptual bukanlah hal yang baru di seputaran para calon dan para presiden Indonesia. Yang jadi persoalan, sejauh mana konsep yang berkonotasi ideal itu dapat di terjemahkan secara teknikal. Karena sampai hari ini banyak persoalan bangsa yang terlantar tanpa jawab. Satu contoh, tidak ada satu orang calon presiden pun yang tidak “mengamini” konsep ekonomi kerakyatan, mulai dari tahun pertama negara ini berdiri. Tapi realita yang terjadi saat ini, Indonesia sudah berada di mulut liberalisme, pasar bebas sudah sampai ke depan pintu rumah kita.

Contoh lain, lewat salah satu wawancara di media massa, Prabowo pernah menyatakan, merdeka sama dengan petani sejahtera. Itu konsep! Artinya mungkin bila petani kita sejahtera atau jika 5% saja dari luas wilayah Indonesia ini ditambahkan jadi lahan pertanian yang mandiri, itu baru kemerdekaan yang hakiki. Jadi bukan cerita tentang gedung-gedung pencakar langit atau jalan tol berbayar. Esensinya adalah sampai sejauh mana pemerintah di jamannya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat secara signifikan.

Tapi bagaimana caranya? Pertanyaan singkat yang jawabannya bikin pusing para pakar. Tantowi Yahya pernah berucap, masalah teknik itu urusan kabinet, urusan para menteri. Tapi kita semua tahu sangatlah sulit menafsirkan gagasan yang berada pada ketinggian 10 kilometer dari permukaan bumi. Gus Dur punya keyakinan, bahwa orang yang paling tulus dalam memperjuangkan kepentingan bangsa ini adalah Prabowo. Tapi orang tulus juga bisa kalah. Orang baik juga bisa kebingungan dalam mengatasi banyaknya persoalan. Apa yang menjadi pemikiran Prabowo, tentu tidak akan memberi hasil yang optimal, sekiranya gagasan itu tidak mampu diaplikasikan dalam kehidupan nyata di lapangan, di kaki para petani buruh. 


Pada akhirnya hal itu hanya akan tinggal menjadi menjadi slogan di papan reklame yang terlupakan. Kita menjadi tidak begitu yakin dengan jawaban Tantowi. Seperti kita juga tidak yakin dengan banyaknya konsep untuk membayar utang luar negeri, tapi kenyataannya utang-utang itu sampai kini tidak pernah terlunasi, malah membengkak. Tapi satu hal yang mungkin kita sepakat, tidak ada satu orang menteri pun yang tidak bisa tidur, hanya karena memikirkan utang luar negeri Indonesia.

Soe Hok Gie pernah berpendapat, “Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal obyeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat."

Konsep bisa dinyatakan dengan “hund” dalam bahasa Jerman, atau bermakna “chien” dalam bahasa Prancis, atau “perro” dalam bahasa Spanyol. Atau bisa tidak berarti apa-apa dalam bahasa Indonesia.

Apakah mereka sedang membual? Apakah harusnya ada tanggung jawab moral terhadap penebar harapan dalam format konseptual? Ataukah jawabannya, calon presiden juga manusia. Bisa benar, bisa salah. Cukuplah bila disana ada harapan, karena tidak ada yang sempurna. Apa pendapat anda?

(Erwin Selian, 2014)


 

Selasa, 24 Juni 2014 by Unknown · 1

Rabu, 25 September 2013

Misteri Segitiga Bermuda

Segitiga Bermuda merupakan teka-teki alam semesta yang membuat manusia bingung untuk mengungkapkannya semenjak 500 tahun lalu saat Colombus menemukan Amerika pada 1492 M. Hingga sekarang daerah tersebut tetap menjadi misteri sekalipun berbagai perkiraan dan prediksi telah disampaikan. Fenomena ini merupakan salah satu keajaiban alam yang sering di bicarakan dari waktu ke waktu. Semuanya diliputi keanehan dan ketidak jelasan.

Segitiga ini adalah bagian tersembunyi yang terletak di Samudera Atlantik, yang telah menelan ratusan atau mungkin ribuan kapal dan pesawat tanpa ada jejaknya. Tidak ada seorangpun yang mampu mengungkapkan secara pasti rahasia yang sangat misterius ini.

Segitiga Bermuda terletak di sebelah barat Samudera Atlantik, sebelah tenggara wilayah Miami Florida, AS. Tepatnya sebagian besar wilayah ini membentuk segitiga, antara kepulauan Bermuda, Puerto Rico di Jamaica dan bagian selatan Florida. Luas segitiga Bermuda ini kira-kira 1,2 juta kilometer persegi terdiri dari 300 pulau kecil yang dihuni 65.000 jiwa.

Sebab Penamaan
Dikenal dengan nama Segitiga Bermuda (The Bermuda Triangle) karena pada tahun 1945, saat terjadi raibnya sekumpulan pesawat yang membentuk formasi segitiga sebelum hilang. Sejak saat itu, wilayah ini dikenal dengan nama Segitiga Bermuda. Ada juga sebagian orang menamakannya dengan “Kepulauan Setan” dan “Segitiga Setan.” Ada pula yang mengatakan bahwa disebut segitiga, karena setelah kelenyapan berbagai kapal dan pesawat terbang itu diproyeksikan pada peta, ternyata semua berlangsung di suatu daerah berbentuk segitiga, antara kepulauan Bermuda, Puerto Rico, dan bagian selatan Florida.

Misteri di Bermuda
Dibagian barat lautan Atlantik, ada area tertentu (Laut Sargaso) yg terkenal sangat aneh. Ditempat ini air lautan dihuni oleh jenis tertentu dari binatang laut yang disebut “Sarjasam”, yang biasa mengapung dalam jumlah besar, dalam bentuk kelompok-kelompok yang bisa menghalangi laju perahu dan kapal laut. Dulunya, Colombus ketika pertama kali sampai ditempat ini, ia meyakini bahwa dirinya telah dekat dengan daratan (pantai), karena itu ia semakin bersemangat melanjutkan perjalanan dengan harapan akan segera sampai di pantai terdekat, tetapi dugaannya ternyata keliru.

Laut Sargaso juga terkenal dengan keheningannya yang menakutkan. Laut itu ibarat laut mati, seolah tidak ada gerakan karena jarangnya hembusan udara dan angin yang menerpanya. Para pelaut menjulukinya dengan banyak nama, antara lain “laut seram” dan “kuburan atlantik”. Hal ini mereka saksikan dari suasana mencekam dan ketakutan luar biasa pada saat mereka berlayar di laut itu. 

Ekspedisi laut modern mengisyaratkan adanya jumlah besar dari kapal laut, kapal selam, dan perahu yang teronggok di dasar laut itu, yang berasal dari berbagai masa semenjak perjalanan melalui lautan berkembang. Kebanyakan kapal-kapal tersebut terbenam di dasar lautan pada sisi yang gelap, di samping hilangnya sejumlah besar kapal dan perahu tanpa meninggalkan jejak sedikitpun. Juga ditemukan pada dasar lautan ini ratusan bentuk luar biasa dari bekas kapal dan penumpangnya.

Permulaan hilangnya kapal-kapal di Bermuda, pada tahun 1850, hilang diwilayah ini atau dekat dengannya lebih dari 50 kapal. Sebagian nahkoda berhasil mengirimkan surat-surat (telegram) pada saat-saat genting, akan tetapi anehnya surat-surat tersebut tidak jelas sehingga tidak seorangpun bisa memahaminya.

Kebanyakan kapal yang hilang adalah milik pemerintahan Amerika Serikat. Yang pertama kali adalah kapal Enserjen, yang hilang dengan memuat 340 penumpang. Di susul hilangnya kapal selam Scorpion pada tahun 1968 yang mengangkut 99 pelaut. Termasuk kapal yang hilang di segitiga Bermuda, pada tahun 1880, kapal perang Inggris, Atlanta yang mengangkut 290 jiwa, kemudian pada tahun 1918 kapal Amerika, Saiklob yang mengangkut 309 orang. Pada bulan April 1925, kapal pengangkut barang Raifuku Maru dari Jepang, yang boleh dikatakan sudah modern dilengkapi pemancar radio, dan sangat layak laut. Tapi kapal tersebut cepat sekali tenggelam setelah mengirim berita,” seperti pisau raksasa! cepat tolong! kami tak mungkin lolos!.” Kapal itu ditelan ombak bersama seluruh awaknya. Tak ada yg tersisa.

Bulan Oktober 1951, kapal tanker Southern Isles mengalami nasib serupa. ketika berlayar dalam konvoi, tiba-tiba ia hilang sampai kapal-kapal yang lain hanya melihat cahaya yang ditinggalkannya saat tenggelam ke dasar laut. Kapal tanker kembarannya Southern Districts tenggelam dengan cara yang sama pada bulan Desember 1954. Ia hilang tanpa meninggalkan isyarat SOS ketika berlayar melintasi wilayah yang tak beres itu ke utara menuju South Carolina.

Fenomena Raibnya Pesawat
Keanehan ini juga berimbas ke wilayah udara lautan Atlantik, dimana banyak pesawat tiba-tiba raib saat melewati udara lautan Atlantik, atau melalui udara Bermuda. Pada tanggal 5 Desember 1945, formasi lengkap 5 buah pesawat pelempar torpedo Grumman TMB-3 Avenger AL Amerika raib di hari yang masih siang. Sebuah pesawat penyelamat yang ingin mencari sisa-sisanya pun ikut ditelan ombak Bermuda. Lima jet tempur itu bertolak dari pangkalan udara Forth Lauderdale di utara Miami wilayah Florida, dalam rangka misi pelatihan. Penerbangan ini dimulai dari Florida pukul 14.40 menuju arah timur sejauh 160 mil, kemudian belok ke utara sejauh 40 mil, dan akhirnya ke barat daya untuk kembali ke pangkalan lagi. Dalam perjalanan ada acara latihan menyerang beberapa bangkai kapal di pantai kepulauan Great Sale Clay. Saat itu lima pesawat terbang dalam formasi segitiga. Lima pesawat tempur itu diawaki oleh 5 pilot dibantu 8 tenaga ahli yg sangat mahir dan berpengalaman. Pimpinan pilot saat itu adalah Letnan Charles Taylor yang sudah mengantongi 2.500 jam terbang berada pada ujung formasi segitiga. Skuadron tersebut pada saat menjalankan latihan pada sekejap waktu mengarah kepada rongsokan kapal pengangkut barang yang mengapung di permukaan laut Atlantik di selatan Bimini. Pada pukul 15.45 saat pimpinan pangkalan militer menunggu berita dari skuadron 19, untuk menentukan letak pangkalan dan kode landing, pimpinan pangkalan militer tersebut sekonyong-konyong menerima berita aneh dari Letnan Charles Taylor, ia berteriak mengatakan: ”Ini gawat pak! kami sepertinya kehilangan arah! tak ada daratan. ulangi! tak ada daratan! saya tidak bisa menentukan arah, kami tersesat di angkasa, semuanya terlihat asing dan membingungkan, kami tidak tahu arah!” Menara pengawas menanyakan formasi pesawat, tapi Taylor menjawab, “Tak tahu persis dimana kami berada!”

“Terbanglah ke Barat” perintah menara pengawas. Tapi kemudian lama sekali tidak ada kontak. Lalu ada percakapan simpang siur dari beberapa orang penerbang yang lain. “Kami tidak tahu di mana arah barat itu. Ada yang tidak beres ini. Semua terlihat aneh, bahkan lautnya juga.” Sesudah sepi sejenak, komandan penerbangan menyerahkan komando kepada penerbang lain tanpa alasan yang jelas. Komandan baru ini melapor dengan suara setengah histeris: ”Ya Tuhan! Dimana kami ini! Mungkin kami sudah melewati Florida dan terbang diatas Teluk Meksiko!” Pada saat itu komandan yang baru memutuskan untuk terbang kembali 180 derajat ke arah Florida, tetapi dari kenyataan sinyal radionya makin lama makin lemah, diduga ia justru terbang lebih menjauhi pangkalan. Laporan terakhir yang ditangkap ialah, “nampaknya kami memasuki air putih.. tamatlah kami!” Segera sesudah kontak dengan penerbang itu putus, sebuah pesawat amfibi PBM-5 Martin Mariner mengangkasa untuk memberi pertolongan. Beberapa menit kemudian, pesawat ini melaporkan posisinya, tapi kemudian pemancarnya diam. Pesawat ini hilang juga bersama 13 awak pesawat, tak berbekas seperti lima pesawat Grumman yang hendak ditolong. Menurut saksi mata di atas kapal tanker Gaines Miles yang kebetulan berlayar di daerah itu, pesawat amfibi itu jatuh ke laut. 

Termasuk pesawat yang raib adalah: Pada tahun 1945, raib dua buah pesawat pengebom milik angkatan bersenjata Amerika. Pada tahun 1948, pesawat penumpang Inggris, Star Tiger yang mengangkut 313 penumpang raib. Kembali pesawat penumpang Inggris, Star Ariel yang mengangkut 474 penumpang juga raib. Pada tahun 1956, pesawat P5M milik angkatan laut AS raib bersama 5 org penumpangnya.

Pertanyaanya : Apakah ada waktu tertentu untuk mengetahui terjadinya musibah di segitiga Bermuda? Para peneliti menilai bahwa kebanyakan peristiwa terjadi pada waktu-waktu tertentu, yang disebut dengan musim menghilang, yaitu musim liburan antara November, Desember dan Februari, khususnya yg mendahului awal tahun baru Masehi atau sesudahnya.

Prediksi Tentang Misteri Segitiga Bermuda
Banyak teori dikemukakan untuk mengungkap misteri Segitiga Bermuda, antara lain:

1. Teori gempa laut dan serangan gelombang besar. Teori ini mengatakan: Gesekan dan goncangan di tanah di dasar lautan Atlantik menghasilkan gelombang dahsyat dan seketika kapal-kapal menjadi hilang kendali dan langsung menuju dasar laut dengan kuat, hanya dalam beberapa detik. Adapun hubungannya dengan pesawat, maka goncangan dan gelombang kuat tersebut menyebabkan hilangnya keseimbangan pesawat serta tidak adanya kemampuan bagi pilot untuk menguasai pesawat.

2. Teori gravitasi (medan graviti terbalik, anomali magnetik graviti) dan hubungannya dengan apa yang terjadi di Segitiga Bermuda; sesungguhnya kompas dan alat navigasi elektronik lainnya di dalam pesawat pada saat terbang di atas Segitiga Bermuda akan goncang dan bergerak tidak normal, begitu juga dengan kompas pada kapal, yang menunjukkan kuatnya daya magnet dan anehnya gravitasi.

3. Teori lubang ruang waktu yang menyedot hilang semua materi, seperti black hole (lubang hitam) yang ada diangkasa.

4. Teori pusaran air. Menurut Bill Dillon dari U.S Geological Survey, air bercahaya putih itulah penyebabnya. Di daerah segitiga maut Bermuda,  tapi juga di beberapa daerah lain sepanjang tepi pesisir benua, terdapat “tambang metana”. Tambang ini terbentuk kalau gas metana menumpuk dibawah dasar laut yang tak dapat ditembusnya. Gas ini dapat lolos tiba-tiba kalau dasar laut retak. Lolosnya tidak kepalang tanggung. Dengan kekuatan yang luar biasa, tumpukan gas itu menyembur ke permukaan sambil merebus air, membentuk senyawaan metanahidrat. Air yang dilalui gas ini mendidih sampai terlihat sebagai “air bercahaya putih”. Blow out serupa yang pernah terjadi di laut Kaspia sudah banyak menelan anjungan pengeboran minyak sebagai korban. Regu penyelamat yang dikerahkan tidak menemukan sisa sama sekali. Mungkin karena alat dan manusia yang menjadi korban tersedot pusaran air, dan jatuh ke dalam lubang bekas retakan dasar laut, lalu tanah dan air yang semula naik ke atas tapi kemudian mengendap lagi di dasar laut, menimbun mereka semua. Kemudian pesawat yang terbang rendah memang dapat terpengaruh oleh pancaran air mendidih bercampur gas yang luar biasa kuatnya itu, lalu jatuh ke laut. Tetapi apakah yang menyebabkan kompas pesawat Grumman itu tidak berfungsi? Jelas medan magnet, tapi dari apa? Apakah dari ledakan gunung di dasar laut? Ini masih tetap jadi misteri.

5. Teori piring terbang (UFO) mengatakan bahwa di wilayah itu adalah markas besar UFO di bumi ini. Ada hubungan antara munculnya piring terbang dengan raibnya kapal dan pesawat di wilayah tersebut.

6. Yang lebih aneh lagi adalah segitiga Bermuda tersebut sebagai pusat pemerintahan kota Atlantis yang tenggelam ribuan tahun yang lalu, kota manusia duyung, selain ia adalah pusat persembunyian Dajjal al-Akbar.

Walhasil, semua kejadian aneh yang berkepanjangan itu meletakkan segitiga Bermuda sebagai tempat paling misteri didunia ini. Akhirnya, kita tidak bisa mengatakan, kecuali Allahu a’lam. Dialah yang maha kuasa atas segala sesuatu.

Sumber: buku, dajjal akan muncul dari segitiga bermuda

Rabu, 25 September 2013 by Unknown · 0

Rabu, 18 September 2013

Fenomena Berkaitan Dengan Tubuh Astral

Tubuh astral dapat mempertunjukkan diri kepada orang lain terpisah dari tubuh fisik, baik dalam maupun sesudah hidup di dunia. Seseorang yang telah menguasai tubuh astral, tentu dapat meninggalkan tubuh fisik kapan saja, untuk mengunjungi seorang teman di tempat yang jauh. Jika orang yang dikunjungi itu seorang clairvoyant, yaitu telah mengembangkan pandangan astral, ia akan melihat tubuh astral temannya yang datang berkunjung. Jika tidak, pengunjung itu dapat sedikit memadatkan kendaraannya dengan cara menarik partikel benda fisik dari udara sekelilingnya ke dalam tubuh astralnya, dan dengan demikian membuat dirinya cukup terlihat dengan pandangan fisik.

Demikianlah penjelasan dari penampakan orang-orang dari jauh, suatu fenomena yang sering terjadi, bukan khayalan, untuk mengikis kebisuan orang penakut yang khawatir ditertawakan karena percaya kepada takhayul. Untunglah, kekhawatiran kini berkurang, Sekiranya orang punya keberanian untuk berkata bahwa ia mengatakan sesuatu yang benar, kita akan mempunyai banyak sekali bukti tentang penampakan orang yang tubuh fisiknya jauh dari tempat tubuh astral itu menampakkan diri. 

Dalam kasus tertentu, tubuh itu dapat dilihat oleh mereka yang tak terlatih menggunakan pandangan astral, tanpa materialisasi. Jika sistem syaraf seseorang ditekan secara berlebih dan tubuh fisik dalam keadaan sakit sehingga pulsa kehidupan tidak berdenyut sekuat biasanya, kegiatan syaraf yang banyak bergantung kepada kembaran ether mungkin tidak dirangsang dengan semestinya. Dalam kondisi demikian, orang dapat menjadi clairvoyant untuk sementara waktu. Misalnya, seorang ibu yang tahu anaknya sakit keras di negeri asing dan sangat ingin tahu mengenai anaknya itu, dapat menjadi peka terhadap getaran astral, terutama pada malam hari ketika denyut kehidupan mengalami titik-titik terlemah. Dalam keadaan itu, jika si anak memikirkan ibunya dan 

tubuh fisiknya tak sadar hingga membiarkan ia mengunjungi ibunya secara astral, ibu itu sangat mungkin melihatnya. Seringnya, kunjungan semacam itu dilakukan ketika tubuh fisik menghadapi saat kematian. Penampakan-penampakan semacam ini bukan tidak umum, terutama jika orang yang menjelang ajal berkeinginan kuat untuk mencapai orang yang dekat di hati, atau jika ia ingin menyampaikan sesuatu pesan tetapi ia meninggal tanpa memenuhi keinginannya itu.

Ketika kembaran ether dan tubuh kasar diguncang kematian, kita akan melihat perubahan penampakan tubuh astral. Selama berhubungan dengan tubuh fisik, tingkatan-tingkatan benda astral bercampur satu sama lain, yang lebih kasar dan yang lebih halus saling mengisi dan saling bercampur. Tetapi setelah kematian terjadi penataan ulang. Partikel dari berbagai tingkatan memisahkan diri, membentuk urutan menurut kepadatannya. Tubuh astral membentuk stratifikasi, atau menjadi rangkaian cangkang [lingkaran] konsentrik dengan tingkat yang paling kasar berada paling luar. 

Di sini kita melihat perlunya pemurnian tubuh astral selama hidup kita di dunia, karena kita melihat bahwa setelah mati ia tak dapat menata dunia astral menurut kehendak. Dunia mempunyai 7 dataran, dan manusia dibatasi pada dataranyang sama dengan lingkaran luarnya. Penutup terluar terurai ketika ia meningkat ke dataran berikutnya, demikian seterusnya.

Seseorang yang mempunyai tabiat hewan dan rendah akan memiliki tubuh astral yang paling kasar dari benda astral yang kasar, dan ini akan menahan dirinya pada dataran terendah dari Kâmaloka hingga cangkang ini terurai hingga derajat tertentu di mana seseorang tetap terpenjara dalam bagian dunia astral yang itu, dan mengalami penderitaan dalam wilayah lokal yang tidak menyenangkan. Jika cangkang terluar ini telah cukup terurai (terkikis), orang meningkat ke tingkatan berikutnya dalam dunia astral, atau mungkin lebih tepat dikatakan bahwa ia mampu berhubungan dengan getaran-getaran pada dataran astral berikutnya, hingga ia seolah-olah berada di wilayah lain. Di sana ia tinggal sampai cangkang dataran ke-6 terkikis dan membiarkan ia masuk ke dataran ke-5. Ia tinggal di tiap dataran menurut kekuatan bagian yang sifat-sifatnya yang terwakili dalam tubuh astral oleh jumlah materi yang sama dengan dataran yang bersangkutan. Makin banyak jumlahnya dan makin kasar unsurnya, makin lama ia tinggal di dataran kâmaloka bawah; makin banyak elemen-elemen tersebut yang dapat dihilangkan, makin singkat ia meninggalkan dataran itu. 

Bahan paling kasar pun tidak dapat dilenyapkan semuanya karena diperlukan proses yang panjang dan sulit untuk melenyapkan secara total. Kesadaran dalam kehidupan dunia mungkin saja dijauhkan dari nafsu-nafsu rendah sehingga materi yang dipakai untuk ekspresi akan berhenti berfungsi aktif sebagai kendaraan kesadaran, menjadi kerdil. Dalam kasus ini, meskipun orang itu tertahan untuk sementara waktu di dataran-dataran bawah, ia akan tidur dengan damai selama itu, tidak merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Kesadarannya, karena berhenti mencari ekspresi melalui materi semacam itu, tidak akan muncul ke luar hingga tidak dapat menyentuh benda-benda yang tersusun darinya dalam dunia astral.

Perjalanan melalui Kâmaloka dari seseorang yang dimurnikan tubuh astralnya dengan cara demikian, di mana ia hanya mempertahankan elemen yang termurni dan terhalus dari tiap dataran, sangat cepat. Ada semacam titik kritis antara tiap dua tingkatan bahan; es dapat ditingkatkan ke suatu titik di mana dengan sedikit panas saja ia sudah dapat berubah menjadi cairan; air dapat ditingkatkan ke suatu titik di mana ia siap berubah menjadi uap. Demikian pula, tiap tingkatan bahan dari benda astral dapat ditingkatkan ke suatu titik kemurnian yang dengan penambahan kemurnian sedikit saja, akan mengubahnya ke tingkatan berikutnya. Jika ini dilakukan pada tiap tingkatan bahan dalam tubuh astral, ia telah dimurnikan ke derajat kemurnian tertinggi yang mungkin, maka perjalanannya melalui Kâmaloka menjadi luar biasa cepat, dan orang itu melesat melaluinya ke wilayah yang lebih tinggi.

Masalah lain yang berkaitan dengan pemurnian tubuh astral, baik melalui proses fisik maupun mental, adalah efek dari pemurnian itu terhadap tubuh astral baru yang terbentuk untuk digunakan pada inkarnasi mendatang. Ketika orang keluar dari Kâmaloka dan masuk ke dalam Devachan, ia tidak dapat membawa serta bentuk-bentuk pikiran yang buruk. Benda astral tidak dapat masuk ke dataran Devachan, dan benda-benda Devachan tidak dapat bereaksi terhadap getaran kasar dari nafsu-nafsu buruk. Akibatnya, semua yang dibawa orang itu pada akhirnya keluar dari tubuh astral, berubah menjadi bibit laten atau tendensi, yang bila menemukan sarana, akan menjelma menjadi nafsu jahat dalam dunia astral. Tetapi ini tidak dibawanya serta, dan tetap merupakan bibit laten selama kehidupan di dataran Devachan. Ketika ia kembali [dilahirkan kembali], semua itu dibawanya serta dan dilemparkannya keluar; mereka menarik ke arah mereka dari dunia astral dengan semacam magnet bahan-bahan yang sesuai bagi manifestasi mereka, dan mengambil pakaian dari bahan astral yang sesuai dengan sifat mereka sendiri, hingga membentuk bagian dari tubuh astral bagi inkarnasi mendatang. 

Jadi kita tidak hanya hidup dalam suatu tubuh astral untuk sekarang, tetapi kita juga merancang jenis tubuh astral yang akan kita pakai dalam kehidupan mendatang. Ini merupakan salah satu alasan mengapa kita perlu memurnikan tubuh astral kita semaksimal mungkin dengan menggunakan pengetahuan yang kita miliki sekarang. Karena semua kehidupan kita terkait satu sama lain, tiada satu kehidupan pun yang terlepas dengan masa lampau dan masa mendatang. Sesungguhnya, kita hanya punya satu kehidupan yang di dalamnya apa yang kita sebut hidup itu hanya beberapa hari. Kita tak pernah memulai hidup baru sebagai lembaran bersih untuk menulis cerita yang benar-benar baru; kita hanya memulai bab baru untuk mengembangkan bab-bab sebelumnya. 

Kita tak dapat melepaskan diri dari akibat karma dari kehidupan masa lalu setelah melampaui kematian, sebagaimana kita tak dapat lolos dari kewajiban membayar utang dengan cara tidur semalaman. Kalau kita mempunyai utang hari ini, kita tak dapat bebas darinya besok pagi; tagihan akan datang sampai utang itu dilunasi. Hidup manusia itu bersinambung, tidak terputus; kehidupan-kehidupan dunia itu terkait dan tidak terpisah. Proses-proses pemurnian dan perkembangan pun bersinambung, dan terus berlangsung melalui banyak kehidupan dunia. Suatu saat kita masing-masing harus mulai bekerja; suatu saat kita masing-masing harus mengalami penderitaan dengan sifat-sifat rendah, menderita dari sifat kebinatangan, menderita karena tirani indera. 

Kemudian orang tidak lagi tahan menderita, ia akan memutuskan bahwa ikatan penderitaan itu harus diputuskan. Mengapa kita harus memperpanjang ikatan penderitaan itu jika kita mampu memutuskannya setiap saat? Tiada tangan yang membelenggu kita kecuali tangan kita sendiri, dan hanya tangan kita sendirilah yang dapat membebaskannya. Kita mempunyai hak untuk memilih, kebebasan kita untuk berkehendak, dan karena suatu hari kita harus berdiri bersama di dataran yang lebih tinggi, mengapa kita tidak memulai untuk memutuskan ikatan itu sekarang? Awal dari lepasnya ikatan, kemenangan kebebasan, adalah ketika orang memutuskan bahwa untuk menjadi sifat rendah hamba dari sifat yang lebih tinggi, dan di dataran kesadaran fisik ini ia mulai membangun tubuh yang lebih tinggi, dan berupaya menemukan kemungkinan-kemungkinan yang lebih tinggi yang merupakan haknya.

Sumber: tasawuf

Rabu, 18 September 2013 by Unknown · 0

All Rights Reserved Wienjourney | Blogger Template by Bloggermint