Profile : Erwin Selian

Rabu, 11 September 2013

Tentang Tubuh Astral

Kita telah tahu bahwa manusia hanya dapat menunjukkan pengetahuannya dan mewujudkan kemampuan yang dapat diekspresikannya melalui tubuh fisiknya. Kesempurnaan atau ketaksempurnaan perkembangannya tercermin pada ekspresinya dalam dataran fisik. Tubuh fisik itu berfungsi sebagai pembatas yang tak dapat dilewati. Apa yang tak dapat lewat, tak dapat terwujud di bumi, dan inilah perlunya perkembangan manusia. 

Dengan cara serupa, jika orang itu bekerja tanpa tubuh fisik di wilayah lain dari alam semesta [alam astral atau dunia astral], ia dapat berekspresi dalam dataran itu sebanyak pengetahuan dan kemampuannya, karena tubuh astralnya mendukung. Dengan kendaraan inipun terjadi pembatasan. Manusia lebih dari sekadar tubuhnya. Ia memiliki banyak hal yang tak dapat diwujudkan dengan tubuh fisik atau tubuh astral; tetapi banyak yang dapat dilakukannya dalam keterbatasan itu. 

Apa yang dapat diwujudkan di sini dibatasi oleh tubuh fisik; apa yang dapat diwujudkannya di dunia astral dibatasi oleh tubuh astral. Jika kita meningkat ke dataran yang lebih tinggi, kita menemukan bahwa lebih banyak yang dapat dilakukan manusia ketika telah berkembang, dan secara bertahap menuju ke arah kesempurnaan kendaraan kesadaran.

Perlu diingatkan, ketika kita memasuki wilayah yang tak tersentuh dan tak dikenal, tiada dakwaan atas keakuratan dan kesempurnaan pengamatan. Kekeliruan dalam pengamatan dapat terjadi pada dataran di atas fisik sebagaimana yang terjadi di alam fisik, dan kemungkinan ini harus dibuka. Ketika latihan dan pengetahuan bertambah, keakuratan bertambah pula, hingga kekeliruan secara bertahap dapat terkikis. 

Pertama-tama, mari kita perjelas arti istilah dataran atau dunia astral. Dataran astral adalah suatu wilayah yang pasti dalam alam semesta, mengelilingi dan berimpit dengan dataran fisik, tetapi tak dapat ditangkap dengan pengamatan biasa karena terdiri dari benda yang susunannya berlainan. Jika atom fisik diambil dan dipecah, ia akan lenyap secara fisik; tetapi ia ternyata terdiri dari berbagai partikel yang merupakan benda-benda astral yang paling kasar, 'benda padat' di dunia astral.

Kita telah menemukan 7 tingkatan benda fisik: padat, cair, gas, dan 4 tingkatan ether. Di dalam ke-7 tingkatan itu terdapat kombinasi yang tak terhingga banyaknya benda-benda yang membentuk dunia fisik. Begitu pula benda-benda astral terbagi ke dalam 7 tingkatan dan dapat digabung menjadi kombinasi yang tak terhitung pula jumlahnya dan membentuk dunia astral. Semua atom fisik memiliki selubung astral sendiri-sendiri, dan dengan demikian benda astral membentuk sesuatu yang disebut matrix dari benda fisik; benda fisik itu masuk di dalam benda astral. Benda astral berfungsi sebagai kendaraan bagi Jïwa, si Dia Yang Hidup sebagai penggerak. Melalui benda astral, arus Jïwa mengelilingi dan memelihara setiap partikel benda fisik, arus Jïwa yang menimbulkan bukan hanya daya hidup, tetapi juga saya listrik, magnetik, kimia dan energi lain, daya tarik, daya lekat, daya dorong dll, dan semua ini merupakan diri dari Dia Yang Hidup sebagaimana ikan yang berenang di dalam laut. Dari dunia astral, yang berimpit dengan dunia fisik, Jïwa menembus ether [dari dunia fisik] yang kemudian menjadi kendaraan dari semua gaya menuju ke benda fisik yang lebih rendah, dan di situ kita melihat bagaimana permainannya. Jika kita bayangkan dunia fisik dilenyapkan tanpa sesuatu perubahan pun yang dilakukan, kita masih akan mempunyai replika yang sempurna dari benda astralnya. Bila kita bayangkan lebih lanjut bahwa jika orang memahami kerja astral, mula-mula ia tidak menyadari perbedaan di sekitarnya; orang 'mati' yang bangkit di wilayah bawah astral sering menemukan diri sendiri dalam keadaan demikian dan merasa masih hidup di dunia fisik. 

Karena kebanyakan dari kita belum memiliki pandangan astral, kita perlu menyatakan realitas relatif dunia astral ini sebagai bagian dari fenomena alam dan melihatnya dengan mata mental, jika bukan dengan mata astral. Sebagaimana dalam dunia fisik; fenomena ini terbuka untuk diamati oleh orang yang berkompeten. Sebagaimana orang buta tak dapat melihat benda-benda fisik, dan karena banyak benda yang hanya dapat diamati dengan bantuan alat (mikroskop, spektroskop, dll), demikian pula dataran astral. Orang yang buta di dunia astral tidak dapat melihat benda-benda astral sama sekali, dan banyak benda yang lolos dari pandangan astral biasa [clairvoyance]. Namun dalam tahap perkembangan manusia kini, banyak orang yang mengembangkan indera astral hingga derajat tertentu, hingga mereka mampu menangkap getaran yang lebih halus dari dataran astral. Orang yang demikian dapat membuat banyak kesalahan, sebagaimana anak-anak yang keliru dalam menggunakan indera fisiknya, tetapi kesalahan ini secara bertahap menipis bersamaan dengan pengalaman yang makin banyak; hingga akhirnya ia mampu melihat dan mendengar dengan benar di dunia astral sebagaimana di dunia fisik. Tidak baik kita memaksakan perkembangan indera itu dengan cara buatan, karena harus disesuaikan dengan perkembangan fisik. Masuknya pandangan dan pendengaran astral itu, bila dipaksakan, akan mengganggu dan kadang-kadang malah membahayakan. 

Untuk itu, kita tidak hanya perlu memiliki tubuh astral sebagaimana kita semua telah memilikinya, tetapi juga memiliki tatanan dan cara kerja yang baik. Kesadaran harus dibiasakan untuk bekerja di situ, bukan hanya pada tubuh fisik. Semua orang selalu bekerja melalui tubuh astral, tetapi hanya sebagian kecil pekerjaan yang terpisah dari fisik. Tanpa perbuatan umum melalui tubuh astral, tidak akan ada hubungan antara dunia luar dan pikiran manusia, tiada hubungan antara akibat pada indera fisik dan pemahaman atas hal itu oleh pikiran. Akibat itu menjadi rangsangan di dalam tubuh astral, dan kemudian ditangkap oleh pikiran. Tubuh astral yang merupakan pusat indera, sering disebut sebagai 'manusia astral' [sebagaimana kita menyebut tubuh fisik dengan 'manusia fisik']; tetapi tentu saja ini hanya sebuah kendaraan, sebagai pelapis yang di dalamnya manusia itu menjalankan fungsinya; melalui itu orang menjangkau dan dijangkau oleh kendaraan yang lebih kasar: tubuh fisik.

Tubuh astral terdiri dari 7 jenis benda astral, dari yang kasar sampai yang halus. Tidak sulit menggambarkan seorang manusia dalam bentuk tubuh astral yang sempurna; pikirkan bahwa ia meninggalkan tubuh fisiknya dan berdiri dalam bentuk kembarannya tetapi lebih halus dan lebih bercahaya. Pandangan clairvoyant dapat melihatnya meskipun mata biasa tidak. Dikatakan "tubuh astral yang sempurna" karena orang yang belum cukup berkembang tubuh astralnya tidak tampak utuh. Batas-batas luarnya tidak jelas, bahannya kabur dan tidak teratur, dan jika dilepaskan dari tubuh ia tak berbentuk seperti awan yang bergerak-gerak, tidak sesuai untuk dipakai sebagai kendaraan yang mandiri. Ia lebih merupakan fragmen-fragmen bahan astral, bukan suatu tubuh yang tertata, sebuah massa protoplasma astral sejenis amoeba. Tubuh astral yang sempurna berarti bahwa manusia telah mencapai tingkatan perkembangan spiritual yang cukup tinggi dalam, sehingga penampilan tubuh astral merupakan gambaran dari perkembangan yang dicapai oleh pemiliknya. Dari kejelasan batas-batasnya, kecerahan bahannya, dan kesempurnaan tatanannya, kita dapat menilai tahap evolusi yang dicapai oleh Ego yang menggunakannya.

Perlu diingat bahwa penyempurnaan tubuh astral bergantung pada pemurnian tubuh fisik dan pada pemurnian dan perkembangan pikiran. Tubuh astral sangat peka terhadap kesan dari pikiran karena benda astral bereaksi lebih cepat dari pada benda fisik terhadap rangsangan dengan dunia pikiran. Misalnya, jika kita melihat dunia astral, di sana terdapat bentuk-bentuk yang senantiasa berubah; ada 'bentuk-bentuk pikiran', bentuk yang tersusun dari unsur-unsur elementer dan digerakkan oleh pikiran. Kita juga melihat massa yang sangat besar dari unsur-unsur elementer ini; darinya bentuk-bentuk selalu muncul dan menghilang lagi. 

Jika dicermati, kita dapat melihat bahwa arus-arus pikiran menggetarkan bahan astral ini. Pikiran yang kuat menyelimutinya dan bertahan dalam waktu yang panjang, sedangkan pikiran yang lemah hanya menyelimutinya dengan lemah dan segera buyar. Demikianlah perubahan-perubahan dunia astral terjadi di bawah rangsangan pikiran. Tubuh astral manusia, karena terbuat dari bahan astral, cepat pula bereaksi terhadap rangsangan pikiran, dan bertindak sesuai dengan setiap pikiran yang menyentuhnya, apakah pikiran itu berasal dari luar [dari pikiran orang lain], atau dari dalam [dari pikiran pemiliknya].

Mari kita pelajari tubuh astral ini di bawah pengaruh dari dalam dan dari luar. Tubuh astral itu menembus [berimpit dengan] tubuh fisik dan menonjol ke luar ke semua arah seperti awan yang berwarna. Warna itu tergantung dari sifat orangnya [sifat rendah dan nafsu binatang]; bagian yang berada di luar tubuh fisik disebut aura kâma karena menjadi milik tubuh Kâma atau kehendak, dan secara umum disebut tubuh astral manusia. Karena tubuh astral merupakan kendaraan bagi kesadaran kâma manusia, tempat kedudukan nafsu hewani, pusat dari indera, di mana semua sensasi timbul. Ia senantiasa mengubah warnanya bersamaan dengan getaran di bawah pengaruh pikiran. Jika seseorang kehilangan kendali [marah], kilatan-kilatan merah muncul; jika ia merasakan cinta, ada kilatan merah mawar. Jika pikiran seseorang tinggi dan mulia, ia menuntut bahan astral yang lebih halus untuk melaksanakan. Kita menemukan jejaknya pada tubuh astral berupa berkurangnya partikel yang lebih padat atau lebih kasar pada tiap jenis, dan bertambahnya partikel yang lebih halus dan lebih langka. 

Tubuh astral seseorang yang pikirannya rendah dan bersifat hewani itu besar, kasar, pekat dan berwarna gelap, kadang-kadang begitu pekat sehingga garis-garis tubuh fisik hampir tenggelam di dalamnya; sementara pada orang yang lebih mulia, tampak halus, jernih, bercahaya dan berwarna terang - sesuatu yang benar-benar indah. Pada yang terakhir ini hasrat-hasrat rendah dikuasai, dan tindakan selektif pikiran telah menghaluskan bahan astralnya. Dengan berpikiran mulia, kita memurnikan tubuh astral meskipun secara tak sadar menuju ke arah itu. 

Perlu diingat bahwa kerja internal ini melatih pengaruh potensial pada pikiran yang ditarik dari luar ke arah tubuh astral, yaitu tubuh yang dibuat oleh pemiliknya untuk membentuk kebiasaan melawan pikiran buruk, bekerja seperti magnet terhadap sesama bentuk pikiran di sekitarnya; sementara tubuh astral yang murni menolak pikiran demikian, dan menarik bentuk-bentuk pikiran yang susunannya mirip dengan dirinya. 

Seperti telah disebut, tubuh astral bergantung di satu sisi pada tubuh fisik, dan dipengaruhi oleh kemurnian atau kekotoran tubuh fisik. Unsur-unsur padat, cair dan gas pada tubuh fisik dapat kasar atau halus. Sifat ini kemudian mempengaruhi sifat selubung astral yang berkaitan. Bila kita secara serampangan membangun tubuh fisik itu dari bahan yang tidak murni, kita menarik padatan astral yang kotor pula. Tetapi jika kita membangun tubuh dari partikel yang lebih murni, kita menarik bahan astral yang murni. 

Ketika kita melakukan pemurnian tubuh fisik dengan makanan dan minuman yang bersih dan menghindari makanan pencemar [darah binatang, alkohol dan makanan buruk lain], kita bukan hanya menyempurnakan kendaraan fisik kesadaran kita, tetapi kita juga mulai memurnikan kendaraan astral dan membangun tubuh astral dari bahan-bahan yang lebih baik dari dunia astral. Akibatnya bukan hanya penting bagi kehidupan dunia sekarang, tetapi juga bagi kehidupan sesudah mati, pada kehidupan di dunia astral, dan juga pada jenis tubuh yang akan kita miliki pada kehidupan mendatang di bumi.

Makanan yang buruk menarik ke dalam tubuh astral bahan-bahan yang buruk dari dunia astral, karena kita tidak hanya berkaitan dengan benda, tetapi juga dengan unsur-unsur yang lebih elementer dalam dataran itu. Ini adalah materi bertaraf rendah dan tinggi yang ada di dataran itu, yang dilahirkan oleh pikiran manusia. 

Dalam dunia astral ada pula manusia yang 'cacat', terpenjara dalam tubuh astral mereka. Unsur-unsur elementernya ditarik ke arah orang yang tubuh astralnya mengandung bahan yang sesuai dengan sifatnya, sementara unsur-unsur itu secara alami mencari pemuasan yang buruk apabila mereka dibiarkan begitu ketika berada di tubuh fisik. 

Orang yang memiliki pandangan astral, ketika ia berjalan-jalan di kota besar, melihat gerombolan unsur-unsur elementer itu berkerumun di sekitar toko daging dan rumah-rumah minuman, masuk ke dalam minuman keras dan kemudian ke dalam para peminumnya. Unsur-unsur ini tertarik oleh mereka yang tubuhnya terbuat dari bahan itu, dan orang yang demikian memiliki lingkungan yang demikian dalam kehidupan astralnya. 

Karena tubuh astral banyak bergantung pada sifat bahan pembuatnya; ketika dengan pemurnian kita membuat tubuh ini makin halus, mereka tidak lagi bergetar mengikuti rangsangan yang rendah, dan mulai mengikuti pengaruh yang lebih tinggi dari dunia astral. Dengan demikian kita membuat alat yang meskipun pada dasarnya peka terhadap pengaruh dari luar, tetapi secara bertahap kehilangan daya reaksi terhadap getaran yang rendah, dan membangun daya reaksi terhadap getaran yang lebih tinggi, sebagai alat yang di-'tune' untuk hanya bereaksi terhadap nada tinggi. 

Sebagaimana kita dapat mengambil sepotong dawai untuk menghasilkan getaran tertentu dengan menetapkan diameter, panjang dan tegangannya, kita pun dapat menyetel tubuh astral kita untuk memberi getaran yang kita inginkan ketika harmoni mulia dibunyikan di sekitar kita. Ini bukan spekulasi atau teori; tetapi merupakan fakta ilmiah. Kalau kita dapat menyetel dawai, kita pun dapat menyetel dawai pada tubuh astral. Hukum sebab-akibat berlaku pula di situ; kita berlindung dalam hukum itu, dan kita mengandalkannya. Yang kita butuhkan adalah pengetahuan dan kehendak untuk menjadikan pengetahuan itu kenyataan. Pengetahuan ini, kalau kita mau, mula-mula dapat kita ambil dulu sebagai eksperimen dan hipotesis, seperti fakta yang kita ketahui dalam dunia fisik. Kemudian, sambil kita memurnikan tubuh astral kita, hipotesis itu akan berubah menjadi pengetahuan; ia akan menjadi suatu hasil pengamatan langsung, sehingga kita akan dapat menguji teori-teori yang semula hanya kita terima sebagai hipotesis.

Kemampuan kita untuk menguasai dan bermanfaat dalam dunia astral, terutama tergantung pada proses pemurnian. Beberapa metode Yoga dapat dipergunakan untuk mengembangkan indera astral dengan cara rasional dan sehat, tetapi jangan diajarkan kepada orang yang belum melakukan pemurnian. Umumnya memang orang sangat ingin mencoba beberapa metode yang baru dan aneh, tetapi latihan Yoga tidak jalan jika mereka tidak melalui tahap persiapan dalam kehidupan sehari-hari. 

Ketika seseorang mengajarkan bentuk Yoga yang sederhana kepada orang yang belum disiapkan; ia akan sangat bernafsu karena ini merupakan hal baru, karena ini aneh, karena ia mengharap hasil yang cepat, tetapi belum sampai setahun ia sudah lelah dan bosan dengan tekanan terhadap kehidupan sehari-hari; ia kecewa karena upayanya tidak segera mendatangkan hasil; tidak terbiasa pada upaya yang terus-menerus yang tetap dipertahankan hari demi hari, ia akan menyerah dan meninggalkan latihan. Jika seseorang tidak dapat atau tidak ingin menyelesaikan tugas yang relatif ringan dan mudah, yaitu memurnikan tubuh fisik dan astralnya dengan menjauhi makanan dan minuman tertentu, tak pantas baginya menginginkan proses-proses lebih sulit yang menarik hatinya tetapi kemudian ditinggalkan karena terlalu membebani. Semua pembahasan tentang metode khusus tidaklah bermanfaat sebelum cara yang sederhana ini dilaksanakan untuk beberapa waktu; tetapi dengan pemurnian, kemungkinan-kemungkinan baru akan terbuka dengan sendirinya. Murid akan menemukan bahwa secara bertahap pengetahuan mendatangi dirinya, pandangan yang lebih tajam tumbuh, getaran-getaran akan mendatanginya dari segala penjuru, membangkitkan reaksi dalam dirinya yang tak pernah terjadi ketika ia masih 'buta' dan 'dungu'. Cepat atau lambat menurut Karma masa lalunya, pengalaman itu menjadi miliknya. Sebagaimana anak-anak yang berhasil mengatasi kesulitan menghafal abjad, ia menemukan kenikmatan dari buku yang kini dapat dibacanya, sehingga murid itu memiliki ilmu, kemungkinan-kemungkinan yang tak pernah dimimpikan sebelumnya itu, membuka cakrawala kehidupan yang makin luas. 

Jika kita amati fungsi tubuh astral dalam keadaan tertidur dan terbangun, kita akan dengan mudah dan cepat memahami fungsinya ketika ia menjadi kendaraan dari kesadaran, terpisah dari tubuh. Jika kita amati orang yang bangun dan orang yang tidur, kita akan melihat perubahan nyata dalam tubuh astral. Ketika ia bangun, semua aktivitas astral [perubahan-perubahan warna dll] mewujudkan diri sendiri di dalam dan di sekeliling tubuh fisik; tetapi ketika ia tidur, terjadi pemisahan, tubuh fisik [tubuh kasar dan kembaran ether] tergeletak sendiri di tempat tidur sementara tubuh astral mengapung di udara di atasnya. Jika orang itu mempunyai tingkatan menengah, tubuh astral yang terpisah dari tubuh fisik itu berupa massa tak berbentuk [tak dapat dijelaskan]; ia tidak jauh dari tubuh fisik, ia tak bermanfaat sebagai kendaraan dari kesadaran; manusia di dalamnya berada dalam keadaan terlelap dan bermimpi, tidak terbiasa berbuat tanpa kendaraan fisiknya. Keadaan ini dapat disebut hampir tertidur, terlepas dari medium yang biasa digunakannya untuk bekerja, dan ia tidak mampu menerima kesan yang pasti dari dunia astral atau mengekspresikan diri dengan jelas melalui tubuh astral yang belum tertata. Pusat-pusat indera dapat terpengaruh oleh bentuk-bentuk pikiran yang lewat, dan ia mungkin bereaksi terhadap rangsangan bawah. Pengaruh sepenuhnya yang teramati adalah kantuk dan kekaburan, tubuh astral kehilangan aktivitas yang definitif, mengambang diam di atas tubuh fisik. Jika terjadi sesuatu yang menjauhkannya dari tubuh fisik, tubuh fisik akan terbangun dan kemudian tubuh astral dengan cepat masuk kembali. 

Pada orang yang tingkatannya lebih maju, misalnya orang yang sudah terbiasa berfungsi dalam dunia astral menggunakan tubuh astralnya untuk tujuan itu, akan terlihat bahwa ketika tubuh fisik tidur dan tubuh astral menyelinap keluar, orang itu berdiri dengan kesadaran penuh; tubuh astral dengan jelas terbentuk dan ditata dengan baik, menjaga kemiripan dengan manusianya, dan ia mampu menggunakannya sebagai kendaraan - sebuah kendaraan yang jauh lebih baik dari pada tubuh fisik. Ia sepenuhnya terjaga, dan ia bekerja jauh lebih aktif, lebih akurat, dengan daya pemahaman yang lebih besar - dari pada ketika ia terperangkap di dalam kendaraan fisik yang lebih kasar; ia dapat bergerak lebih leluasa dan jauh lebih cepat, tanpa mengganggu tubuh fisik yang sedang berbaring di tempat tidur.

Jika orang itu belum belajar menyatukan tubuh astral dengan tubuh fisiknya, jika ada keterputusan kesadaran ketika tubuh astral lolos keluar pada waktu ia tertidur, maka ketika ia sendiri terjaga lebar dan sepenuhnya sadar dalam dataran astral, ia tidak dapat memberi kesan kepada otak fisik ketika kembali ke tubuh kasar, pengetahuan tentang apa yang dilakukannya ketika berada di luar. Dalam hal ini kesadaran ketika bangun [karena beginilah kebiasaan untuk menyebut sebagian besar bentuk terbatas dari kesadaran kita] tidak akan mengambil pengalamannya dalam dunia astral, bukan karena ia tidak mengetahuinya, tetapi karena tubuh fisik itu terlampau padat untuk dapat menerima kesan-kesan itu. 

Kadang-kadang, ketika tubuh fisik bangun, ada perasaan bahwa sesuatu telah dialami tetapi tidak ada bekasnya di dalam ingatan; namun perasaan ini menunjukkan bahwa telah terjadi suatu fungsi kesadaran dalam dunia astral terpisah dari tubuh fisik, meskipun otak tidak cukup tanggap untuk memasukkannya ke dalam ingatan. Pada kesempatan lain, setelah tubuh astral kembali memasuki tubuh fisik, orang itu berhasil membuat kesan sementara pada kembaran ether dan tubuh kasar, dan ketika tubuh kasar terbangun, tidak ada ingatan yang jelas mengenai pengalaman yang diperoleh di dunia astral; ingatan itu segera memudar dan menolak untuk diingat kembali. Setiap upaya untuk mengingat makin tidak mungkin, karena setiap upaya menimbulkan getaran kuat di dalam otak fisik yang lebih kuat dari getaran astral yang lebih lembut. Atau, ia berhasil menarik kesan dari pengalaman baru itu ke dalam otak fisik, tetapi gagal dalam membawa ingatan dari mana atau bagaimana pengalaman itu diperoleh. 

Dalam hal ini gagasan akan timbul seketika dalam kesadaran terbangun, pemecahan masalah datang atas masalah yang belum dimengerti, jawaban datang atas pertanyaan yang belum jelas. Jika ini terjadi, ini merupakan tanda perkembangan yang baik, menunjukkan bahwa tubuh astral telah tertata dan berfungsi aktif dalam dunia astral, meskipun tubuh fisik masih sangat kecil menerimanya. Namun, kadang-kadang orang itu berhasil membuat otak fisiknya bereaksi, dan inilah yang kemudian kita sebut sebagai mimpi yang jelas dan masuk akal, jenis mimpi yang kadang-kadang dinikmati oleh orang-orang yang 'berpikir'. Dalam mimpi itu mereka merasa lebih hidup dari pada ketika terbangun, dan dalam mimpi itu mereka mungkin saja menerima pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan fisik mereka. Semua ini adalah tahapan yang menandai evolusi perkembangan penataan tubuh astral.

Di pihak lain, orang-orang yang mengalami perkembangan nyata dan cepat dalam spiritualitas mungkin berkarya sangat aktif dan bermanfaat dalam dunia astral tanpa memberi kesan pada otak ketika mereka memberi ingatan tipis mengenai karya yang dilakukannya, meskipun mereka menyadari dalam kesadaran bawahnya mengenai pencerahan dan meluasnya pengetahuan mengenai kebenaran spiritual. 

Ada satu fakta yang membesarkan hati, dan atas dasar itu kita bergantung dengan kokoh, betapa pun kosongnya ingatan fisik kita mengenai pengalaman supra-fisik: makin banyak kita berbuat baik untuk orang lain, makin kita mengupayakan diri agar lebih bermanfaat bagi dunia, makin kuat pengabdian kita kepada kemanusiaan, dan makin bersungguh-sungguh kita melakukan peran kecil kita dalam pekerjaan besar mereka, tanpa kita sadari kita telah makin mengembangkan tubuh astral dan daya kerjanya, yang menjadikan kita hamba yang lebih efisien; dengan atau tanpa ingatan fisik. Kita meninggalkan penjara fisik kita dalam tidur terlelap dan berkarya dalam jalur kegiatan yang bermanfaat dalam dunia astral, membantu orang yang kita tak dapat melakukannya dengan tubuh fisik, menolong dan menghibur dengan cara yang tak dapat kita lakukan dengan tubuh fisik. 

Evolusi ini berjalan pada mereka yang murni pikirannya, tinggi dalam pemikiran, dengan hati mereka terarah kepada hasrat untuk melayani. Mereka mungkin bekerja bertahun-tahun dalam dunia astral tanpa membawa ingatan mengenai hal itu ke kesadaran bawah, dan menggunakan daya-daya untuk kebaikan melampaui batas yang mereka sangka. Kepada mereka, jika Karma mengijinkan, akan datang kesadaran utuh yang atas kemauan sendiri menyeberang dari dunia fisik ke dunia astral. Jembatannya akan dibuat hingga ingatan menyeberangi batas antara kedua dunia itu tanpa upaya apa-apa. Dengan demikian orang yang kembali dari kegiatan di dunia astral akan memasuki kembali dunia fisiknya tanpa kehilangan kesadaran sesaat pun. 

Inilah sebagai kepastian yang ada bagi mereka yang memilih kehidupan pelayanan. Pada saatnya nanti mereka akan memperoleh kesadaran utuh; dan bagi mereka hidup tidak lagi terdiri dari hari-hari kerja yang diingat dan malam-malam yang terlupakan. Semua akan menjadi kesinambungan yang utuh, tubuh ditinggalkan agar beristirahat dengan cukup, sementara manusia itu sendiri menggunakan tubuh astralnya untuk bekerja di dunia astral. Mereka akan menjaga keutuhan kaitan antara pikiran-pikiran, tahu bahwa mereka sedang meninggalkan tubuh fisik, tahu bahwa mereka sedang berada di luarnya, mengetahui kehidupan di luar tubuh fisik, tahu bahwa mereka kembali lagi ke dalam tubuh. Demikianlah hal ini berlangsung terus hari demi hari, tahun demi tahun; kesadaran yang utuh tak terputus yang memberi kepastian mutlak keberadaan diri perorangan, kesadaran akan fakta bahwa tubuh hanyalah pakaian untuk dikenakan dan dilepaskan menurut keperluan, bukan merupakan instrumen pemikiran dan hidup. Mereka akan tahu bahwa hidup itu jauh lebih aktif tanpa tubuh fisik, pikiran jauh lebih bebas tanpa tubuh fisik.

Ketika tahapan ini dicapai, orang mulai memahami dunia dan hidupnya sendiri di dalamnya, dengan lebih baik dari pada sebelumnya. Ia mulai menyadari lebih banyak tentang apa yang terbentang di hadapannya, kemungkinan yang lebih banyak tentang kemanusiaan yang lebih tinggi. Perlahan ia melihat bahwa sebagaimana seseorang mula-mula mempunyai kesadaran fisik dan kemudian kesadaran astral, begitu pula kini terbentang di atasnya kesadaran-kesadaran lain yang lebih tinggi yang dilihatnya secara bertahap. Ia menjadi lebih aktif pada dataran yang lebih tinggi, mencakup kisaran dunia yang lebih luas, menggunakan daya yang lebih tinggi, dan semua itu sebagai hamba dari Yang Maha Suci demi kepentingan umat manusia. Kehidupan fisik mulai membentuk proporsi yang benar. Tiada sesuatu pun yang terjadi di dunia fisik ini dapat mempengaruhinya seperti sebelum ia mengetahui hidup yang lebih penuh, lebih kaya, dan tak tersentuh oleh kematian, baik dalam dirinya maupun pada mereka yang ingin ia bantu. Kehidupan di dunia menempatkan diri dengan benar sebagai bagian terkecil dari kegiatan manusia; ia tak lagi segelap sebelumnya karena cahaya dari wilayah yang lebih tinggi bersinar menerangi sampai bagian yang paling tersembunyi.

Sumber: tasawuf

0 Komentar di Blogger
Silahkan Berkomentar Melalui Akun Facebook Anda
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda

0 Responses to “Tentang Tubuh Astral”

Posting Komentar

All Rights Reserved Wienjourney | Blogger Template by Bloggermint